December 15, 2025

JAKARTA | BRN – Musyawarah Nasional Perhimpunan Indonesia Tionghoa atau INTI yang diadakan di Jakarta selama tiga hari menarik perhatian para pengamat dan pemerhati serta masyarakat Tionghoa terkait eksistensi perjalanan organisasi ini selanjutnya ditengah kuatnya dukungan para perwakilan 17 Pengurus Daerah dan 80 Pengurus Cabang dari seluruh Indonesia kepada Ketua Umum periode yang lalu, Teddy Sugianto.

Hal ini bukan karena figur Teddy Sugianto menolak kepercayaan yang diberikan tetapi lebih kepada aturan yang tertuang dalam AD/ART yang dituangkan dalam Munaslub 2023 lalu dimana jabatan Ketua Umum hanya dua kali masa jabatannya. Namun ternyata dengan tidak adanya kandidat lain yang mencalonkan diri membuat posisi Ketum ini “vakum” karena Teddy Sugianto sudah menjabat dua periode berturut-turut.

Pimpinan Sidang Indra Wahidin dan anggota Munas ke enam ini akhirnya bermufakat bersama para peserta dengan mengambil keputusan membentuk Presidium kolektif dipimpin oleh Teddy Sugianto yang telah demisioner sejak Munas secara resmi dimulai untuk selambat-lambatnya dua tahun sejak ditetapkan untuk mengadakan Munaslub.

Menjadi pertanyaan, apakah karena persiapan penjaringan kandidat terlalu dekat dari segi waktu ataukah ada persyaratan yang memberatkan atau memang pamor organisasi tengah kehilangan “passion”nya, adalah menarik untuk dianalisis oleh tim Presidium kedepannya.

Semestinya waktu tiga bulan cukup relevan untuk menjaring para kandidat, sementara persyaratan memang menjadi penyebab krusial yang biasa membuat calon partisipan mengurungkan niatnya, sedangkan citra organisasi INTI sejauh ini cukup dikenal sebagai yang bergerak pada bidang sosial kemasyarakatan dan pendidikan khususnya pemberian bea siswa.

Meskipun demikian tentu saja secara organisasi yang telah puluhan tahun berdiri maka situasi ini menuntut adanya atensi yang lebih komprehensif dimana keterlibatan generasi penerus yang berintegritas tinggi serta memiliki dasar “leadership” kuat menjadi salah satu hal yang patut dipertimbangkan sehingga terdapat kader-kader yang mumpuni. Bila kelak ada Alumni beasiswa Pelangi menjadi penerus kepemimpinan INTI tentu sebagai sebuah keniscayaan juga.

Kini para pengurus dan ‘stake holder’ tampaknya perlu melakukan upaya-upaya yang mencerminkan kesinambungan organisasi yang selama dua periode kepemimpinan Teddy Sugianto berjalan penuh dinamika yang positif sesuai amanat yang diberikan meskipun bila melihat laporan keuangan yang disampaikan Bendahara menunjukan kinerja organisasi sangat terkait erat dengan aspek donasi.

Maka dengan hasil Munas ke enam ini tentu saja yang dapat disampaikan bahwa bukan terjadi kegagalan karena masalah tiadanya kandidat potensial selain Teddy Sugianto yang masih mendapat banyak dukungan, tetapi karena adanya peraturan organisasi itu sendiri sehingga suksesi kepemimpinan itu tertunda sambil menanti Munaslub yang telah diamanatkan kepada Presidium.

Namun di tengah situasi ini, kabar baik datang dari organisasi sayapnya PINTI, Perempuan INTI, yang juga melaksanakan Munasnya bersamaan dengan kembali terpilihnya Dr Metta Agustina untuk memimpin kedua kalinya periode 2025-2029 dan tentu saja ini mencerminkan tertib organisasi berjalan baik dan positif sebagai dinamika peranan di bidang lain khususnya Perempuan di organisasi INTI ini. (**).

**Adian Radiatus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *