BRN | JAKARTA – Moment Aksi Tolak Omnibus Law oleh para mahasiswa di Gedung DPR, Hizbullah Indonesia memang khusus mengundang perwakilan LMND bersilaturahmi sekaligus ingin sharing pandangan Aktivis Mahasiswa khususnya mengenai UUD 45 Amandemen sebagai landasan lahirnya berbagai Undang – undang yang tidak berpihak kepada Rakyat, diantaranya Omnibus Law.
Abubakar Sekjen LMND yang hadir pada diskusi di Rumah Kedaulatan Rakyat di Jl. Guntur No. 49, dirinya selaku Pribadi, mengutarakan bahwa semenjak Reformasi hingga saat ini dunia pendidikan sangat mengecewakan.
“Semenjak Reformasi hingga sekarang ini, dunia pendidikan dirasakan sebagai ajang bisnis, biaya mahal dan masa kuliah dibatasi” ungkap Abu Bakar, Jum’at (30/03/2023).
“Suasana Kampus sangat minim memberi ruang bagi mahasiwa mengolah pikir dan merasakan kondisi sosial masyarakat, mengeksplor dan menganalisa berbagai pristiwa” sambungnya.
“Oleh karenanya konsen Program LMND adalah menuntut biaya kuliah gratis dan suasana yang cukup memberi ruang bagi mahasiswa turut memperjuangkan nasib rakyat, bangsa dan negara” pinta Abu Bakar.
Terhadap UUD 45 Amandemen, LMND menyoroti Pasal 33 yang nyata-nyata menempatkan sistim perekonomian Indonesia menjadi liberalis kapitalis.
Menjawab pertanyaan mengapa Gerakan dan Aksi yang sering dilakukan namun Rakyat, Bangsa dan Negara tidak mengalami perubahan, Abubakar menjawab bahwa Gerakan dan Aksi yang dilakukan belum adanya kesepakatan “Common Enemy”.
Prof. Sri Bintang Pamungkas, Ratna Sarumpaet dan Prof. Yislam Alwini, dari Hizbullah Indonesia mengapresisi kehadiran perwakilan LMND di Rumah Kedaulatan Rakyat.
“Musuh Bersama Hizbullah Indonesia atau orang Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan adat yang dengan ikhlas berjuang untuk memperbaiki nasib Rakyat, Bangsa dan NKRI sekurangnya ada tiga hal yang harus diperjuangkan yaitu; Kembali ke UUD 45 (Asli); otomatis Impeachment Jokowi representasi Rejim Nekolim Oligarki; membentuk Pemerintahan Sementara” ungkap Sri Bintang Pamungkas menjawab pertanyaan tentang Common Enemy.
“Semoga kedepan Hizbullah Indonesia dan LMND sepakat untuk lebih intens melakukan silaturahmi, mengingat adanya kesepahaman dalam satu Misi Perjuangan, yaitu Kembali ke UUD 45 (Asli)” pinta Sri Bintang Pamungkas.
Terkait dengan UUD 45, selaku Sekjen Organisasi LMND, Abubakar yang didampingi Fikiran M, Naso dan Julfikar, menyampaikan bahwa;
Pertama, Mengenai Pasal 33 UUD 45 LMND bersikap, Negara harus melaksanakan Pasal 33, artinya semua SDA Indonesia harus dikelola semaksimal mungkin untuk Kesejahteraan Rakyat bukan satu kelompok atau yang LMND sebut Kaum 1 Persen;
Kedua, LMND mendukung Gerakan Tolak Undang – undang Cipta Kerja. Bahkan secara keorganisasian kami terlibat dalam Gerakan Menolak Perpu Cipta Kerja;
Ketiga, Untuk Kembali ke UUD 45 (Asli) secara keorganisasian kami memandang butuh pendiskusian lebih mendasar.
Aktivis Betawi Jalih Pitoeng yang hadir dalam diskusi lintas generasi tersebut menyampaikan gagasannya untuk dapat menyamakan persepsi guna penyatuan frekwensi perjuangan rakyat.
“Dalam konteks dan konsep perjuangan rakyat ini sangat dibutuhkan adanya penyamaan persepsi dan penyatuan frekwensi perjuangan rakyat” ungkap Jalih Pitoeng.
“Terkait dengan konsep perjuangan rakyat untuk kembali pada UUD 1945 yang asli, kami dari Aliansi Selamatkan Indobesia (ASELI) sudah sering kali melakukan aksi unjuk rasa. Tapi ya itulah kurang daya dukung karena belum adanya kesamaan frekwensi perjuangan” sambung Jalih Pitoeng.
“Bahkan kami dari ASELI sudah dengan sangat berani dan penuh perhitungan memasang giant banner dengan tema ‘MAKZULKAN JOKOWI’ karena presiden telah banyak melanggar undang-undang yang menyebabkan penderitaan bagi rakyat” Jalih Pitoeng menjelaskan.
Aktivis yang dikenal sangat kritis inipun menyambut gembira atas kehadiran dan bergabungnya para mahasiswa dan generasi muda dalam diskusi yang digelar oleh Hizbullah Indonesia.
“Maka saya sangat salut dan bangga serta menyambut gembira atas semangat para mahasiswa generasi muda penerus bangsa yang masih peduli dan mau berjuang bersama kami demi rakyat, bangsa dan negara” sambung Jalih Pitoeng penuh semangat.
“Untuk itu sangat diperlukan penyamaan persepsi guna menyatukan frekwensi perjuangan. Agar tidak terkotak-kotak dan terpecah belah” pinta Jalih Pitoeng.
Dipenghujung diskusi, Fahri Lubis selaku Panglima Hizbullah Indonesia, mendukung penuh para Generasi Muda agar sering diundang ke Rumah Kedaulatan Rakyat.
“Kami sangat mendukung para generasi muda agar selalu diunda oleh Hizbullah Indonesia supaya ada kesamaan persepsi tentang Misi Perjuangan Bersama untuk memperbaiki nasib Rakyat, Bangsa dan NKRI yang sedang sangat tidak baik – baik saja” pungkas Fahri Lubis. *(LI)