BRN | JAKARTA – Pendidikan ibarat sebuah rumus jitu untuk meraih sukses. Tak keliru pernyataan itu. Kesuksesan kini menjadi tujuan hidup manusia modern. Sebaliknya, tanpa mengenyam pendidikan, masa depan menjadi tak pasti.
Bagi Ari Anton Keliduan, pendidikan yang baik bagi anak-anaknya merupakan bekal masa depan. Putrinya semata wayang, yang baru diwisuda membuat dirinya bangga, bersyukur, dan lega karena sebagai orangtua dirinya merasa berhasil menuntun sang putri hingga jenjang strata-1 Fakultas Hukum, Universitas Jayabaya, Jakarta.
Acara wisuda mahasiswa Universitas Jayabaya yang digelar di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (11/10/2022) diikuti 861 wisudawan. Alfira Putri Suharti, putri Ari Anton Keliduan, itu tampak gembira saat kedua orangtuanya hadir dalam penyematan dirinya sebagai sarjana hukum. Jalan menuju S-1 ini dilalui Alfira dengan penuh perjuangan.
Ari Anton Keliduan, yang berasal dari Larat, Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, menyadari penting pendidikan bagi anak-anaknya. Dia juga memahami betapa perlu perjuangan untuk mendapatkan pendidikan bermutu di Jakarta.
Hal senada diungkapkan Abdul Razak Tulehu yang datang jauh dari Pulau Buru, Provinsi Maluku, ke Jakarta untuk menghadiri wisuda anaknya, Ruslim Tulehu, pada Universitas Jayabaya.
Abdul Razak Tulehu yang berprofesi sebagai guru SD di Buru, mengatakan, sejak awal dirinya mendorong putranya agar bisa menimba ilmu yang banyak di Jakarta. Dia mengenang bagaimana dia terus membangun komunikasi dengan anaknya, setiap hari, tak lain memberi dorongan dan motivasi.
Baik Ari Anton maupun Abdul Razak Tulehu, mengakui ada banyak hal yang harus diperhatikan orangtua ketika mengirimkan anak mereka ke kota besar. Tantang hidup di Jakarta, kata dia, perlu menjadi pemahaman dan pemikiran orangtua. Selain biaya kuliah yang kian besar, pergaulan di kalangan anak muda juga mendapat perhatian seriusnya.
Tak semua wisudawan menjadi tenang ketika meninggalkan kampus. Masih ada pertarungan berikutnya, yakni memperoleh pekerjaan sesuai keinginan mereka, dan bukan pengangguran. Kompetisi akan makin sengit ketika lapangan kerja tidak mencukupi.
Ari Anton, yang juga seorang politisi Hanura di Maluku itu menaruh perhatian besar pada dunia pendidikan di daerah dan kehidupan anak muda. Dia melihat SDM anak muda di daerah dan perdesaan belum banyak diperhatikan dan ditingkatkan. Pemerintah daerah, ungkap Ari Anton, masih lambat memperhatikan kaum muda di kampung-kampung atau desa.
Dia memberi contoh nasib anak muda putra daerah terkait dengan pengelolaan lumbung gas terbesar Blok Masela, di Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT). Dia mewanti-wanti tenaga kerja di Blok Masela itu tidak merekrut dari luar KKT dan Maluku.
Bukan rahasia lagi, bahwa praktek ketidakadilan seperti itu sudah menjadi sebuah pemandangan umum terkait pertambangan di Indonesia. Agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial dan konflik, maka aturan main yang tertera dalam UU Otonomi Daerah perlu konsisten dilaksanakan. *(LI)