BRN | Jakarta – Perhelatan Indonesia Motorcycle Show (IMOS) 2022 kembali diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada 2-6 November 2022.
Pameran sepeda motor terbesar di Tanah Air yang diinisiasi Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI) itu bakal berlangsung hingga Minggu (6 November 2022).
IMOS 2022 diikuti 65 peserta yang terdiri dari 25 merek sepeda motor termasuk 14 merek adalah sepeda motor listrik, serta didukung juga berbagai industri pendukung.
Ditemui awak media Soebronto Laras,
Presiden Komisaris PT. Indomobil Multi Jasa, Tbk, menyampaikan kehadirannya di pameran IMOS 2022 ini.
“Kehadiran saya disini sebagai undangan juga hadir untuk melihat perkembangan teknologi Industri motor saat ini. Saya terlibat disini sekitar tahun 1974, dan saya juga adalah sebagai salah satu pendiri AISI dari yang dulu bernama PASMI (Persatuan Agen Tunggal Assembling Sepeda Motor Indonesia). Dan sejak menjadi Ketua Umum selama delapan tahun, saya yang merubah nama dari PASMI menjadi AISI, “ucapnya, saat ditemui di booth Suzuki, Rabu (02/11/2022).
Lebih lanjut.Sambung Soebronto. “Perubahan ini dilakukan karena sesuai peraturan pemerintahan di Tahun 1976, dimana motor tidak boleh import dan harus di buat di Indonesia. Maka Lahirlah Industri Sepeda Motor Indonesia, sehingga sejak tahun 1976, kita tidak bisa menyebut lagi agen tunggal, karena semua sudah dibuat disini. Oleh karena itu kita sebut AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia).
“Berbicara dengan populasi masyarakat Indonesia yang waktu itu mencapai diatas 250jutaan, dan sekarang sudah mencapai 270juta, jadi sebetulnya kalau misalnya income perkapitanya lebih bagus, pasti luar biasa, “ungkapnya.
Menurutnya kapasitas produksi Industri motor itu 10juta, cuma sekarang turun dibawah 5juta akibat pandemi, oleh karena itu kita berharap tahun ini bisa mendekati 5juta lagi. Tapi 5 juta masih setengah nya dari kapasitas terpasang.
Ditanya pandangannya terkait pemakaian motor listrik yang saat ini lagi digalakkan pemerintah, dirinya mengatakan bahwa hal inilah yang menjadi permasalahan, karena apa yang diinginkan pemerintah tentang harus adanya penghijauan dllnya, dimana kita juga selamanya tidak perlu terus terusan harus subsidi bensin misalnya, memang harus ada solusi alternatifnya, “jelasnya.
Soebronto menjelaskan kalau saya sebagai produsen sendiri setuju setuju aja akan hal ini, namun kalau kita lihat jumlah motor yang jalan saat ini di Indonesia itu ada sekitar 115juta Bahkan hampir 120juta., nah, cuma dari keinginan pemerintah tadi dari jumlah tersebut harus di ganti ke motor listrik. Itu gantinya bagaimana, karena walaupun konversipun itu bukan sesuatu yang gampang, “ujarnya.
“Oleh karena itu harus ada satu pabrikan baru yang khusus membuat motor listrik, nah, jadi pertanyaan adalah berapa kapasitasnya, karena di kenyataannya rakyat kita sudah memakai kendaraan 120juta dan ini bahkan akan bertambah terus. Walaupun pemerintah merencanakan di tahun 2035 arahanya ke motor listrik dan sudah tidak pakai bensin. Ini harus dipikirkan baik baik arahnya mau dibawa kemana, “ujarnya.
Soebronto menilai, semua itu kembali lagi kalau saya secara pribadi sih tetap setuju karena kita juga tidak bisa terus bertahan dengan pemakaian bahan bakar dari fosil ini. Tapi caranya bagaimana, apalagi saya juga sebagai produsen ikut juga memikirkan cara ini.
Karena pabrik ini kita bangunkan tidak gampang. Misalnya Suzuki punya kapasitas 1,5juta. Nah, jumlah ini mau di apakan?. Tentunya bukan pabrik motor nya aja yang 1,5juta. Tapi pabrik komponen nya tentunya banyak, jadi yang dibawah kita yang buat komponen itu macam macam nya banyak, “terangnya.
Berbicara teknologinya tentu memang kita berjuang arahannya kesana, cuma problemnya adalah dari motor biasa ke motor listrik itu yang mesti kita pikirkan. Disisi lain pemerintah maunya semua serba cepat cepat untuk merubah ke arah sana, tetapi balik lagi kita sebagai produsen tentunya yang menjadi kendala adalah masalah Modal, karena terus terang modal kita ini sempat babak belur akibat krisis ekonomi 1997 – 1998, makanya tahun 1998 kita tidak bisa bayar utang, oleh karenanya utang kita diambil alih oleh pabrikan. Makanya yang punya pabrik motor itu sudah bukan lagi orang Indonesia, kalau ada pun cuma punya saham kecil saja di situ dan itulah masalahnya. Apalagi kalau untuk harus ganti tidak segampang itu, “ujarnya.
Soebronto menambahkan.”Kalau kita lihat seperti pameran saat ini, banyak yang diluar anggota AISI, karena sebagai penyelenggara. Dimana yang ada sebagai anggota adalah Yamaha, Honda, Suzuki, Kawasaki, Vespa. Tapi sekarang ini ada lagi motor listrik yang bukan anggota disitu. Nah, ini yang tentunya kita tidak bisa tau, karena yang namanya pabrik itu kita harus tau juga, “jelasnya.
Menutup wawancara nya, Soebronto mengatakan bahwa untuk IMOS ini memang dirinya sengaja datang untuk membuka mata bagi kita, karena ini dilaporkan bahwa yang ada ini 20 motor listrik yang ikut serta. Jadi kita mau tau juga dan mau belajar juga apakah betul di bikinnya disini apa bukan. Karena membuat motor itu juga bisa macam macam, bahkan import juga bisa mendatangkan. Tapi pengalaman saya membuat motor tidak segampang itu juga, “tandas Soebronto menutup wawancara.
*(LI)