BRN | JAKARTA – Dalam rangka peringatan Ulang Tahun Ke-3, Lembaga Komunikasi Pemangku Adat Seluruh Indonesia (LKPASI) menyelenggarakan Simposium Nasional dan Petisi raja, Sultan, Ratu, Satu, dan Penglingsir, Kepala Suku, Kepala Suku marga, dan Kepala Persekutuan Masyarakat Hukum Adat seluruh Indonesia, Bertempat di lantai 3 Hotel Grand Paragon Jakarta, 22-24 Februari 2023.
Tema yang di angkat pada Ulang Tahun LKPASI ke-3 ini adalah : “Legenda dan Realita Seputar Penyerahan Kedaulatan dan Aset Kerajaan – Kesultanan Di Awal Proklamasi Kemerdekaan RI”
Hadir dan sebagai narasumber pada acara ini :
1. DYM Rd H Sany Wijaya Nata Kusumah Drs.SH Kraton KP. Winata Djoyo Pradoto Drs. SH
2. Jalan DYM H. Dadan Mochendar N. Prabu Sancang Djayadiningrat
3. DYM Sulthan Assyaidis Syarif Nazir Abdul Jalil Syaifuddin Dari kesultanan Siak Sri indrapura ke 13
4. DYM Sukan Wawan Fitrah Nugraha Abdurahman Thaha Syaifuddin bergelar Sultan Mudo Mangkunegoro.Kesulthanan Jambi
5. DYM TG KRM.DR( HC) Fekri Juliansyah Ph.D/ Mubungan Djagat Pemerintahan. Adat SEMENDE DARUSSLAM
6. DYM Dato Rdo Png Sardi Ibni Buman Bodin. S.Pd.I.. MMImam/Yang diPertuan Setana Jering Amantuhrllah Lembaga Adat Melayu Jering Bangka Belitung
7. DYM Tengku Parameswara.SH. Yang Dipertuan Kesukhanan Indragiri. DYM Riau Muhammad Sahril Amin Raja Taliwang Koring Van Sumbawa
Sementara itu Bhakti Dewanto SH MH mengatakan, Masyarakat Hukum Adat Nusantara, Dalam hal ini mendukung apa yang dilakukan oleh LKPASI. Yang pertama masyarakat hukum adat nusantara juga termasuk stackholder, pemangku kepentingan sejak awal, mereka dulu berhubungan dengan Indonesia. Dan tentu saja hal itu tidak bisa di lupakan dengan sejarah itu,” ujarnya.
“Jadi adapun maksud dan tujuan acara ini adalah membuat persatuan negara lebih bersatu supaya tidak timbul suatu kekuatiran, timbulnya. disintegrasi, sampai kepemimpinan yang kenegarawanan yang betul-betul super bijak Pancasila sebagai philosophische, pandangan hidup yang mana disini pasal-pasal itu yang lengkap bulat dan Utuh.
Lebih lanjut Bhakti Dewanto menambahkan, Kita berTuhan dan pada saat yang sama, kita harus berkemanusiaan berkeadilan,kalau kita mengaku bertuhan, tapi mendiamkan adik kelaparan di sebelah kita, berarti kita bukan Pancasilais, ini jadi seperti di dalam satu tarikan napas di dalam satu kedipan mata dan detak jantung sekaligus harus berbarengan sebab kalau tidak, pertanyaan kita dari Tuhan Yang Maha Esa itu umat manusia menjiwai sila pertama membagikan kembali kepada masyarakat,bahwa kita mempunyai Ketuhanan Yang Maha Esa,” ujarnya.
“Harus kita lihat realita sekarang begitu derasnya budaya asing dan terus secara perlahan masyarakat hukum adat di Indonesia dan adat luar yang masuk ke Indonesia, bersekutu, dalam konteks kita tidak anti terhadap budaya asing,atau warga asing, Tapi bagaimana investasi itu adalah bersinergi. sampai dominasi yang sifatnya dominan yang tereksploitasi terhadap kekayaan di Indonesia, tapi tetap merupakan satu kesatuan,” ucapnya.
Jadi kami hadir dari Kesultanan untuk membantu mengidentifikasi rakyat Indonesia menjadi satu kesatuan yang berketuhanan Yang Maha Esa,” pungkasnya.