BRN | Jakarta – Tahun 2023 lalu adalah tahun kembalinya era kekuatan yakni era ingin menang sendiri dan mengalahkan orang lain, demikian kata Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI Dubes Bunyan Saptomo pada “Refleksi Tahun 2023 dan Harapan Tahun 2024” di Aula Buya Hamka MUI, Jakarta (10/1/2024).
MUI dan ormas Islam di negara Muslim terbesar di dunia harus memperhatikan dunia Islam, lanjut Bunyan. Dunia Islam menurut beliau terbagi dalam tiga kategori yakni kelompok negara yang mayoritas penduduknya Muslim (52 negara), negara-negara OKI: 57 negara (termasuk minoritas Muslim seperti Suriname 15%, Guyana 6% dan Uganda 11%) dan masyarakat Islam (Muslim Ummah) yang terbesar di seluruh dunia.
OKI sesungguhnya telah berhasil menggolkan resolusi agar PBB menetapkan PBB international day dalam combating islamophobia. “Ini keberhasilan OKI yang fenomenal dan luar biasa,” kata Bunyan. Olehnya itu, kata beliau, tiap tahun pada bulan Maret kita terus peringati, sosialisasi dan dukung resolusi tersebut.
Pada tahun 2023, MUI terus menyerukan resolusi terkait islamophobia dan pembelaan terhadap Palestina. “MUI telah berhasil mengumpulkan lebih 1 juta umat dengan dana dalam kegiatan di Monas yang dananya disalurkan ke Palestina,” lanjutnya.
MUI juga telah berinisiatif untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Hebron, namun karena ketidaksiapan maka dana tersebut diarahkan pada masyarakat Gaza.
Hal menggembirakan pada 2023 lalu adalah adanya kesepakatan antara Saudi Arabia dan Iran. “Satu sebagai tokoh sunni dan satu oleh syiah dengan mediator China. Walaupu mediatornya bukan Muslim tapi kita harus berterima kasih untuk itu,” kata beliau.
Iran dan Saudi juga telah diterima bergabung dalam BRICS, yakni beberapa negara yang tergabung dalam organisasi untuk mengimbangi dominasi Barat. Brasil, Rusia, India, China, dan South Afrika.
“Hal ini menunjukkan adanya peran China, dan berkurangnya ketergantungan Saudi ke Amerika, dan semakin kendornya kepungan Amerika terhadap Iran,” kata beliau. Selama ini, ada banyak military base di sekitar Iran, dan saat ini telah berkurang.
OKI dan BRICS memiliki kepentingan bersama untuk melawan global injustice.
MUI selain melakukan program melawan islamophobia, mendukung Palestina, juga membuat Konferensi Internasional, Pelatihan Diplomasi dan Misi Muhibah ke Palestina, dan Uzbekistan. “Uzbekistan sangat senang dikunjungi oleh Indonesia sebab mereka beberapa tahu baru lepas dari Atheisme ke Islam,” lanjutnya. Di masa lampau, Uzbekistan adalah pusat dari tokoh-tokoh Islam.
Terkait tahun 2024, kita melihat dunia Islam masih akan mengalami isu islamophobia, masalah Palestina dan Rohingya, konflik-konflik dan pengungsi.
Dunia Islam juga harus waspada, yakni kemungkinan peningkatan persaingan antara Barat (AS dan UE) dan Timur (China dan Rusia) yang kemungkinan akan menggunakan dunia Islam sebagai proksi.
Untuk mengantisipasi itu, Komisi HLNKI akan melanjutkan berbagai program melawan islamophobia, promosi Islam Wasathiyah, pelatihan diplomasi, FGD pembentukan perwakilan MUI di luar negeri, misi muhibah ke luar negeri (Maroko, Saudi Arabia, Mesir, Malaysia, Brunei, dan Kamboja).
“Jika kecenderungan dunia sekarang lebih radikal, di Indonesia lebih moderat,” kata Bunyan.
“Kita tunjukkan pada dunia bahwa kita Islam yang moderat dan dapat bekerjasama dengan berbagai negara di dunia,” lanjutnya.
Kata Dubes Bunyan, PBB telah menetapkan 0,7 % tiap negara dari Gross National Income. “Indonesia telah alokasikan 8 T tahun lalu. Masih kecil dibanding dengan Turki,” lanjutnya.
“Kita sangat senang jika civil society dapat bekerjasama dengan MUI dalam berbagai program untuk menciptakan perdamaian di dunia,” pungkas Dubes Bunyan Saptomo. *(LI)