
BOGOR | BRN – Kampung Silat Jampang yang merupakan salah satu komunitas silat, di bilangan Jampang, Bogor, Jawa Barat menggelar ‘Lebaran Jawara’ pada Minggu 27 April 2025.
Ketua panitia, Ari Handoko saat ditemui awak media mengutarakan bahwa ‘Lebaran Jawara’ adalah acara tahunan yang diselenggarakan pada tiap usai hari Raya Iedul Fitri.
“Sebenarnya ini adalah acara rutin yang kami selenggarakan setiap tahun” kata Ari (27/04/2025).
“Cuma Dalu kita sebut halal bihalal namanya” imbuhnya.
Selain menampilkan beberapa sanggar silat, acara tersebut juga dihadiri oleh tokoh silat Sunda dan artis terkenal yaitu Aki Daus.
Kampung Silat Jampang dibawah pimpinan Daswara Sulandjana yang sudah berdiri sejak tahun 2011 silam, menurut Ari merupakan wadah untuk mempersatukan berbagai sanggar dan perguruan silat.
Selain Aki Daus dan para guru-guru persilatan yang hadir, nampak hadir pula salah satu aktivis tanah Betawi Jalih Pitoeng.
Jalih Pitoeng yang didaulat oleh Cang Burhan selaku pemandu acara untuk memberikan semangat bagi para pesilat khususnya generasi muda, mengatakan bahwa budaya adalah ciri dan jatidiri bangsa.
“Di era global dan dunia digital saat ini bahwa sudah tak lagi mengenal batas negara dan bangsa” ungkap Jalih Pitoeng.
“Yang bisa membedakan suatu bangsa adalah budaya” lanjut Jalih Pitoeng mengingatkan.
“Oleh karena itu, dalam kesempatan yang singkat ini dan dengan kerendahan hati, saya mengajak para pesilat, jawara dan dewan guru untuk bersama-sama menjaga budaya kita” ajak Jalih Pitoeng.
Ketua FORMASI atau Forum Aliansi Masyarakat Anti Korupsi ini juga menyinggung tentang penyesalannya atas terjadinya dugaan korupsi ratusan miliar di dinas kebudayaan DKI Jakarta.
“Qodarullah saya ditakdirkan oleh Allah untuk mengungkap dan membongkar dugaan kasus korupsi ratusan miliar di dinas kebudayaan DKI Jakarta,” ungkap kata Jalih Pitoeng.
Menurut Jalih Pitoeng anggaran tersebut semestinya digunakan untuk pembinaan para sanggar-sanggar silat dan sanggar-sanggar seni budaya sekaligus demi mensejahterakan para pelakunya.
Dalam ajakannya dihadapan para dewan guru serta pesilat-pesilat muda, Jalih Pitoeng juga menceritakan bahwa dirinya sesungguhnya bukan pesilat.
“Sebenarnya saya ini ga bisa main pukul” kata Jalih Pitoeng.
“Walaupun dulu saya pernah belajar sama king Nur dan Kong Hasbullah di Petukangan” kenang Jalih Pitoeng.
“Namun saya saat ini mengambil bagian perjuangan silat lidah” celetuknya.
Ditemui usai acara, menurut Jalih Pitoeng, bahwa selain silat fisik, silat lidah juga sangat dibutuhkan saat ini didalam mengawasi dan mengkoreksi jalannya pemerintahan agar terbebas dari korupsi.
Lebih lanjut Jalih Pitoeng memberi keyakinan bahwa seni dan budaya di Jawa Barat akan mendapatkan perhatian lebih dari gubernur terpilih Dedi Mulyadi atau yang saat ini populer disapa KDM atau bapak Aing yang sangat fenomenal.
Jalih Pitoeng juga mengatakan bahwa KDM adalah contoh pemimpin yang baik dan sangat peduli pada rakyatnya. Terutama terhadap rakyat kecil.
“Kalo saya belajar iqro aja belum hatam. Tapi Kang Dedi Mulyadi Mulyadi sudah menerapkan Al-Qur’an. Terutama Al-Mau’n” Jalih Pitoeng mengingatkan.
“Beliau mendatangi anak yatim, masyarakat miskin sebagai implementasi dari surat Al-Maun” katanya lagi seraya mengutip terjemahan salah satu ayat dalam surat Al-Maun.
“Oleh karena itu, saya sangat yakin dan seyakin-yakin nya bahwa pemerintahan Jawa Barat dibawah pimpinan Kang Dedi Mulyadi akan memiliki perhatian lebih guna mengakomodir kepentingan para pegiat seni dan budaya” pungkasnya.
Diketahui sanggar-sanggar dan perguruan silat yang ditampilkan diantaranya Kotek Parung dibawah asuhan Babe Romlih, Silat Sabeni Tanah Abang, Kera Sakti dan Beksi Merah Delima serta beberapa sanggar dan perguruan lainnya.
Dipenghujung acara, Perguruan Beksi Merah Delima, nampak menerima piala dari kejuaraan yang diselenggarakan di Padang beberapa bulan lalu sebagai juara ketiga putri. (Ril/).