
JAKARTA | BRN – Gagal asupan, gagal higienis, keracunan makanan, mekanisme yang tidak profesional, persiapan yang grasa grusu dan ironisnya berlindung di balik kata “Perintah Presiden” bahwa MBG harus berjalan. Jelas Presiden tidak menghendaki perintah atau instruksinya dijadikan sebuah tugas yang sia-sia semacam itu.
Persiapan matang dan profesional adalah cara segala kesuksesan sebuah program dapat dijalankan dan menghasilkan “goal” sesuai target dan tujuan dari kebijakan tersebut. MBG bukanlah program pengadaan buku atau tas sekolah, tetapi jelas pemberian makanan bergizi agar anak-anak tak sekedar kenyang tetapi juga sehat dan dalam waktu singkat terjadi keseimbangan antara menuntut ilmu dan ransum yang disantap sehari-sehari.
Penghalang paling besar adalah mengatur budget dan ketersedian bahan baku termasuk perlengkapan kerja dimana perhitungan waktu dalam pengolahan hidangan tidak bisa diabaikan karena potensi bakteri dan kuman lainnya bisa terjadi pada tahapan-tahapan tertentu.
Tahapan harus dibuat secara baik, barangkali mula-mula per dua hari, hari yang kosong diisi dengan pemberian snack dan susu atau jus buah, hanya untuk periode singkat sebelum berganti ke tugas utama pemberian makanan sehat bergizi baik dan higienis.
Tidak masalah bila MBG serentak dihentikan selama 14 hari dan menerjunkan para pemerhati dan tim evaluasi untuk menemukan formula yang tepat guna dan tepat laksana.Lembaga yang menangani harus dievaluasi bukan soal ketidak percayaan, tapi lebih kepada kekuatan kontrol dan penanganan permasalahan.
Program MBG ini sepanjang anggaran tersedia lancar maka sangat mudah diimplementasikan tetapi akibat ketidak cermatan dan keterbukaan yang profesional maka kesan menjadi rumit tidak dapat diabaikan sehingga pandangan-pandangan negatif bahkan sinisme bermunculan bukan karena beroposisi, tetapi karena turut merasa kesal dan prihatin sebuah program hebat demi masa depan bangsa dikerjakan tanpa skema ketat dan disiplin pada setiap tahapannya.
**Adian Radiatus