JAKARTA | BRN – Meski memang dalam bahasa Sansekerta ada istilah Projo, tetapi dengan logo silluet foto Jokowi adalah jelas bahwa geng relawan Projo adalah pendukung jokowi alias pro Jokowi, jadi mau di bolak balik oleh Budi Arie bagaimanapun malah semakin menunjukan sebuah sikap hipokrit yang begitu rendah dan memalukan bila mencoba menghindarinya.
Yang menjadi pertanyaan paling mendasar mengapa setelah bertemu sang junjungan yang sempat dijuluki Raja Jawa segalanya tampak berubah drastis sehingga Partai Gerindra pun terbawa-bawa nama dan citranya oleh berbagai pernyataan Budi Arie yang kontradiktif dengan situasi sebenarnya, dimana memberi kesan sudah berpaling dari Jokowi padahal justru bisa saja sebagai “tugas baru” dari Jokowi sendiri.
Gerindra sungguh harus waspada karena beberapa catatan akhir-akhir ini menunjukan adanya upaya merongrong kepemimpinan Presiden Prabowo dari berbagai pola yang cenderung satu tujuan yaitu melemahkan kebijakan-kebijakan Presiden secara operasi senyap akibat terganggunya distribusi “black income” pada kelompok tersebut.
Kedudukan Presiden secara konstitusi memang tidak bisa diputus ditengah jalan kecuali hal yang luar biasa, tetapi merongrong “performance” Prabowo sangat amat dimungkinkan karena selain karakter dan sifat Presiden Prabowo dalam mengatasi kaum perongrong dibelakang layarnya sangat berhati-hati dan cenderung mencoba menengahi dengan bijaksana sehingga tentu saja durasi waktu penuntasan sumber masalah menjadi tidak mudah dan disinilah mereka mencoba melakukan pelemahan-pelemahan yang seakan tidak disengaja atau tidak demikian maksudnya. Cara lempar batu sembunyi tangan.
Budi Arie jelas bukanlah sosok yang baik bagi bangsa ini, sepak terjangnya hanyalah tentang kekuasaan dan keserakahan tersembunyi, kalau benar dia tidak terlibat dalam kasus pinjol maka berarti dia juga model tidak dapat bekerja dengan baik dan hanya pandai “cuci tangan”, maka pantas saja sosok semacam ini dikeluarkan dari kabinet karena tidak berguna bagi bangsa yang ingin hidupnya maju dan sejahtera.
Dan dalam analogi prototipe watak maka Budi Arie dan Jokowi sesungguhnya “setali tiga uang” , sehingga jelas mereka tidak mungkin terpisahkan tapi berbagi tugas sangatlah bisa dengan satu tujuan membuat pasca Prabowo nanti buruk dan mendorong sosok yang dipersiapkan sejak sekarang untuk merebut kekuasaan dengan segala cara yang sudah mereka kuasai selama sepuluh tahun merusak sendi-sendi kehidupan sosial, politik dan hukum negeri ini dan memang mengerikan tapi itulah tugas Budi Arie, niscaya.
Catatan yang tidak boleh terlupakan adalah rasa sakit hati dan marah tersembunyi Jokowi atas diberinya amnesti kepada Hasto dan Tom Lembong, terkhusus Hasto yang menanda tangani surat pemecatannya dari PDIP dan luka yang tadinya sempat diobati kembali menganga. Luka bathin teramat pedih.
Mengenai dendam ini dalam legenda Siluman Ular jelas sekali bahwa semua intrik-intrik politik kelompok pro Jokowi tidak lain adalah tentang balas dendam kesumat pribadi belaka dibalik antitesis Presiden Prabowo yang tidak ingin negara dan bangsa ini hancur karena perpecahan elite semacam itu. Presiden sungguh harus waspada siang dan malam karena “siluman” bisa muncul kapan saja dengan cara apa saja. (**).
**Adian Radiatus.