November 28, 2025
—-gambar:DBS—–

JAKARTA | BRN – Selasa (25/11/2025). Ranah media sosial beberapa hari ini ramai soal kunjungan Jokowi ke Singapura dan Gibran ke Afrika, kunjungan biasa tapi oleh kelompok Jokowers tampaknya menjadi berita heboh dan penuh sensasi, suatu hal yang sebenarnya tidak patut dan cenderung memalukan identitas martabat bangsa ini tanpa disadari mereka.

Kepergian Jokowi ke Singapura bukanlah atas nama negara tetapi semata-mata pribadi yang diundang dalam kapasitasnya sebagai Penasehat lembaga Bloomberg yang belum lama ini diangkat oleh pengurusnya.

Lembaga ini concern membahas strategi ekonomi dunia khususnya terhadap potensi masing-masing negara yang tentunya berbeda-beda dimana dengan Indonesia juga dibahas terkait “trust fund” termasuk bidang pendidikan dan kesehatan ketika Pendiri Bloomberg, Michael menemui Presiden Prabowo sebelum menuju ke Singapura dimana Jokowi juga hadir disana meskipun dengan kondisi kesehatan kulit serius yang perlu diawasi dan dijaga secara intensif.

Oleh karena peranan Bloomberg terhadap ekonomi dunia maka pengangkatan Jokowi sebagai Penasehat tampaknya didasari keinginan untuk mempelajari bagaimana Jokowi mampu menerapkan pinjaman hutang untuk membayar bunga pinjaman negerinya dan bagaimana APBN bisa dipakai proyek-proyek yang tidak cukup prioritasnya sehingga membebani keuangan negara. Barangkali ini sebagian dari ilmu yang ingin dipelajari pengurus Bloomberg dari mantan Presiden ke tujuh itu.

Sementara itu tugas yang dipercayakan Presiden Prabowo kepada Wapres Gibran Rakabuming Raka sejauh yang patut dicermati adalah memberikan ruang pergaulan internasional kepada Gibran juga dikarenakan KTT G-20 biasanya langsung dihadiri Kepala Negara namun agenda Presiden Prabowo di dalam negeri juga cukup padat dan menyita perhatiannya.

Disamping itu barangkali agar Gibran dapat mengukur kapasitas dirinya khususnya kapasitas moralnya terhadap orang yang dihina dan dicacinya sedemikian rupa di akun fufufafa yang tidak diakuinya walaupun jejak digital sungguh sulit dielakkan, hidup dalam bayang-bayang berdosa besar atau mundur teratur agar rakyat pun menghormatinya sebagai Ksatria muda bangsa.

Adapun kelompok Jokower yang juga dikonotasikan dengan julukan Termul kiranya harus menjaga latah dan lidah lebih hati-hati lagi, kepergian Jokowi dan Gibran adalah bukan karena kapasitas kemampuan mereka yang rendah sehingga menjadi bahan mengejek mereka yang anti terhadap kedua sosok paling merepotkan bangsa selama ini.

Justru karena memang masing-masing mempunyai agenda untuk menghadiri undangan di dua perhelatan internasional itu, jangan tanpa sadar memberi kesan bahwa mereka seakan pecundang yang datang kesana, tetapi pemimpin yang hebat sesuai kapasitasnya dan bagi kepentingan negara dan bangsa, walaupun kenyataan di dalam negeri sendiri tidak demikian adanya.(**)

**Adian Radiatus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *