TheAcacia Hotel, Jalan Kramat Raya No.81,
BRN | Jakarta Pusat – Hari Sabtu, 20 Januari 2024, Kebhinnekaan bangsa merupakan realitas yang ada di Indonesia. Kebhinekaan merupakan anugerah, kekayaan, sekaligus kekuatan jika dikelola dengan baik. Di masa Orde Baru, persatuan bangsa dibangun dalam tatanan politik yang sentralistis dan ekonomi yang eksploitatif sehingga tidak memupuk kemampuan masyarakat untuk hidup dalam perbedaan secara jernih, toleran, dan damai. Akhirnya, ketika keterbukaan reformasi terjadi di era, berkembang berbagai ideologi dan aliran politik yang mencakup identitas keindonesiaan, seperti fundamentalisme dan separatisme. Persoalan SARA juga seringkali mengemuka di masyarakat.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara seolah ditinggalkan. Politik identitas yang mempertentangkan perbedaan suku, etnis, ras, agama, dan antar golongan dalam masyarakat tidak tabu lagi digunakan untuk meraih suara dengan mengorbankan rasa kebersamaan sebagai bangsa. Tidak ada ruang yang luas bagi dialog kehidupan dan kekaryaan di antara sesama anak bangsa. Hubungan antar golongan seringkali tidak berlangsung sinergis yang memperuncing distingsi “Kami” dan “Mereka”.
Membangun Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan berarti
mengkampanyekan kebhinekaan dan mendukung kemajuan Indonesia yang lebih adil dan sejahtera. Upaya ini merupakan kerja-kerja yang bersifat lintas sektoral dan daerah. Namun sayangnya Pemerintah Indonesia belum memiliki program pembangunan lintas sektoral dan daerah yang berkelanjutan.
Program kebudayaan dipandang sangat penting karena bangsa Indonesia tidak hanya memerlukan pembangunan fisik, juga pembangunan manusia yang memiliki karakter kuat yang menjunjung tinggi kebhinekaan sekaligus mendukung kemajuan bangsa. Pembangunan infrastruktur yang masif di era Pemerintahan Jokowi selama dua periode secara umum sudah cukup baik sehingga perlu dilanjutkan, dipercepat, dan disempurnakan.
Namun sayangnya Revolusi Mental yang dicanangkan Presiden Jokowi pada periode pertama tidak terdengar lagi suram, hanya menjadi program rutin birokrasi yang mengubah masyarakat. Padahal kerusakan mental sudah menggerus hampir seluruh sendi masyarakat, rusaknya cepat tapi diperbaiki butuh waktu lama.
Kerusakan mental membuat orang-orang utama terabas untuk merebut kekuasaan dan kekayaan dengan mengabaikan moralitas dan aturan hukum karena pimpinan negara tidak memberikan teladan yang baik. Perilaku korup dan manipulatif menjalar dari kalangan pejabat tinggi, aparat, insan perguruan tinggi, dan berbagai pihak lain harus mulai diperbaiki dari “kepala”-nya, agar seluruh “badan”-nya dapat dibersihkan. Ketika pasangan yang memiliki jejak jejak kelam masa lalu dan proses pencalonannya ada yang memiliki cacat moral pada akhirnya menjadi pemimpin bangsa, maka kerusakan mental bangsa akan semakin sulit diperbaiki.
Atas dasar itu, BRIGADE mendukung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud untuk menjadi Presiden RI dan Wakil Presiden RI Periode 2024-2029. Kami menilai mereka tidak hanya memiliki banyak prestasi dalam memimpin pemerintahan, tapi juga tidak memiliki rekam jejak kelam masa lalu dan menjunjung tinggi pemerintahan hukum.
Hal ini bukan hanya sebatas masalah pemilihan presiden-wakil presiden, tapi persoalan nilai-nilai apa yang dapat kita perjuangkan bagi generasi kini dan masa depan? Membangun Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan berarti upaya membangun karakter bangsa yang mendukung kemajuan Indonesia yang adil, sejahtera, dan memperkuat kebhinekaan.
Persatuan bangsa tidak hanya dipandang sebagai bentuk juga harus mencakup isi, yakni usaha bangsa merombak praktik kekuasaan korup dan manipulatif yang selama ini melanggengkan ketidakadilan dan ketimpangan penguasaan sumber-sumber ekonomi di tengah masyarakat yang bhineka. Meminjam istilah Bung Karno (1966), nasionalisme tanpa keadilan sosial menjadi nihilisme.
NARASUMBER DAN MODERATOR DISKUSI HYBRID KEBUDAYAAN:
Narasumber:
1. Guntur Soekarno, Ketua Dewan Ideologi DPP PA GMNI dan pemerhati sosial `
2. Prof Dr. Asvi Warman Adam, Peneliti Utama LIPI dan sejarawan Indonesia `
3. H. Irvansyah Asmat, S.I.P., M.Si., DPP Bamusi (Baitul Muslimin Indonesia), mantan
anggota DPR RI Periode 2009-2014.
4. Lely Mei, pegiat budaya dan spiritual lingkungan, aktivis LESBUMI (Lembaga Seniman
dan Budayawan Muslimin Indonesia) PWNU Jawa Barat
5. Dr. Retor A. W. Kaligis, M.Si., Tim Pakar DPP Brigade, dosen dan peneliti di Jakarta
Moderator:
Rudi S. Kamri, CEO/ Founder Channel Youtube Kanal Anak Bangsa TV
*(LI)