October 26, 2024

BRN, JAKARTA – Penghitungan hasil perolehan suara pemilu saat ini masih terus berlangsung. Mulai pada 14 Februari hari pencoblosan diseluruh tanah air, rakyat menyambut gembira seraya menunggu hasil penghitungan suara dengan metode Quick Count (Hitung Cepat) sebagai salah satu metode yang digunakan untuk membantu memantau penghitungan sementara sambil menunggu hasil penghitungan resmi oleh KPU RI yang dijadwalkan pada tanggal 20 Maret 2024 sebagai batas akhir penghitungan.

Dalam pemberitaan dan penayangan hasil Quick Count diberbagai stasion televisi menimbulkan kontroversi dimasyarakat.
Pasalnya, pasangan Prabowo-Gibran yang mengungguli 2 pasangan lainnya dengan perolehan suara Paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar meraih 24%, Paslon 02 Prabowo-Gibran unggul dengan perolehan 57% dan 03 paslon Ganjar-Mahfud memperoleh 17% dari total suara sementara versi Quick Count.

Sontak hal tersebut banyak menuai kontroversi. Baik kebahagiaan maupun kekecewaan. Bagi paslon yang unggul tentunya menyambut bahagia dan penuh gembira. Sementara yang kalah merespon dengan kecewa bahkan terlontar kecaman-kecaman tentang adanya dugaan kecurangan.

Melihat hasil Quick Count tersebut, Capres Cawapres Prabowo-Gibran bersama pendukungnya langsung merubah agenda. Dari agenda nonton bareng Quick Count bersama para pendukung yang digelar di Istora Senayan Jakarta pada Rabu malam 14 Februari, menjadi sambutan Prabowo Subianto sebagai ucapan rasa syukur dan terimakasih kepada seluruh rakyat Indonesia, Tim Kemenangan Nasional, Para Pimpinan Partai Pendukung serta simpul-simpul Relawan yang hadir di acara yang penuh semangat dan semarak dalam menyambut kemenangan berdasarkan hitung cepat sementara.

Tak ayal pristiwa tersebut juga banyak menuai protes. Terutama oleh para pendukung Paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Demikian juga halnya dari kubu Paslon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud. MD.

Terkait fenomena adanya protes atas kemenangan Paslon Prabowo-Gibran versi Quick Count tersebut, Aktivis sekaligus pengamat sosial politik kelahiran betawi, Jalih Pitoeng meminta agar semua pihak bisa menahan diri.

Pendiri sekaligus ketua presidium ASELI (Aliansi Selamatkan Indonesia) berharap agar semua pihak untuk sabar menunggu hasil akhir yang akan ditetapkan oleh KPU RI secara resmi.

Selain itu, Jalih Pitoeng juga meminta kepada khususnya para Paslon dan tim sukses untuk bisa sama-sama saling memberi penyejukan kepada para pendukungnya termasuk kepada masyarakat. Agar persilangan pendapat yang berpotensi terjadinya disharmonisasi sesama anak bangsa bisa dihindari.

Diketahui bahwa Jalih Pitoeng pada gelaran pemilu kali ini benar-benar tidak nampak diberbagai acara deklarasi maupun kampanye serta acara-acara apapun dari paslon manapun.

Pendiri Jalih Pitoeng Centre yang pernah menjadi sekretaris jenderal Relawan Nasional Prabowo-Sandi (RNPAS) pada pemilu 2019 lalu ini berharap agar pristiwa kelam pada pemilu 2019 tidak terulang kembali.

“Sebelumnya perlu saya tegaskan bahwa pada pemilu kali ini saya absen dan tidak terlibat serta tergabung pada relawan manapun. Baik di kubu 01, 02 maupun di kubu 03” ungkap Jalih Pitoeng menegaskan.

Melalui keterangan tertulisnya, mantan sekretaris jenderal Relawan Nasional Prabowo Sandi) inipun mengajak semua pihak untuk bisa saling bersabar dan menahan diri sambil menunggu hasil penghitunga resmi KPU RI.

“Jadi terkait hiruk pikuk diberbagai media tentang Quick Count, saya mengajak semua masyarakat sekaligus meminta agar para paslon dan tim pemenangan masing-masing untuk bisa memberikan penyejukan kepada para pendukungnya masing-masing demi terciptanya iklim yang kondusif pasca pencoblosan dan masa penghitungan” pinta Jalih Pitoeng, Kamis (22/02/2024).

Soal aksi unjuk rasa menolak adanya dugaan kecurangan pemilu, aktivis yang dikenal sangat kritis inipun menuturkan bahwa dirinya juga sangat mendukung aksi-aksi unjuk rasa menolak kecurangan pemilu. Oleh karena itu dirinya meminta kepada masing-masing kubu paslon untuk mengambil saluran dan mekanisme yang ada sebagai wujud kedewasaan berdemokrasi.

“Saya sangat mendukung gugatan pemilu curang. Maka jika diduga ada kecurangan pemilu, semua sudah ada saluran dan mekanismenya” kata Jalih Pitoeng.

“Baik ke KPU, BAWASLU bahkan hingga melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi” sambung Jalih Pitoeng.

“Selama sistem bernegara dan UU Pemilu nya seperti ini, maka jauh panggang dari api keributan akibat ritual 5 tahunan Pemilu tak terulang kembali” sambungnya.

“Kita hanya bagaikan merindukan terangnya matahari ditengah gelapnya malam” Jalih Pitoeng mengingatkan bak pujangga.

“Jadi berdasarkan pengalaman kita di pemilu 2019, saya mohon dengan sangat kepada para elit untuk tidak mengorbankan rakyat dan umat” pinta Jalih Pitoeng penuh harap.

Pendiri sekaligus ketua umum Yayasan Perjuangan Rakyat Jalih Pitoeng inipun menceritakan bagaimana gigihnya dahulu dalam memperjuangkan paslon Prabowo-Sandi. Mulai dari membentuk simpul-simpul relawan keberbagai provinsi, kampanye hingga melakukan aksi-aksi unjuk rasa penolakan atas dugaan pemilu curang. Baiki di Bawaslu, KPU hingga melakukan pengaduan ke DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu).

“Saya merupakan salah satu pelaku, saksi sekaligus korban pemilu 2019” kenang Jalih Pitoeng.

“Bahkan saya dan kawan-kawan sampai ditangkap dan dipenjara karena dituduh melakukan perencanaan penggagalan pelantikan presiden Jokowi 20 Oktober 2019 lalu” lanjutnya menegaskan.

“Bahkan sebelumnya, ada banyak korban jiwa akibat unjuk rasa yang tak terkendali di BAWASLU pada pristiwa 21-22 Mei 2019 lalu” kenang Jalih Pitoeng menyesalkan.

“Sehingga saya berharap jangan sampai ada lagi korban jiwa sebagaimana yang pernah terjadi” imbuh Jalih Pitoeng mengingatkan.

Menurut Jalih Pitoeng bahwa rakyat itu sangat lugu dan tulus didalam memperjuangkan orang-orang yang menjadi pilihannya. Dan mereka sudah menentukan pilihannya. Sedangkan kita ketahui bahwa didalam dunia politik ini tidak ada yang kaku dan hitam putih. Semua abu-abu dan sangat terbuka ruang negoisasi, kompromi bahkan membangun koalisi.

“Pokonya jangan lagi korbankan rakyat dan umat yang tak berdosa hanya untuk kepentingan sesaat dari kelompok dan golongan dalam perebutan kekuasaan ini” pinta Jalih Pitoeng.

“Untuk apa ada Pimilu jika berujung pada rakyat dan umat tak berdosa menjadi korban para pihak yang haus akan kekuasaan” sambung Jalih Pitoeng sewot.

“Rakyat sudah berpartisipasi melakukan hak dan kewajiban konstitusionalnya. Rakyat sudah menentukan dan memutuskan pilihannya didalam pemilu ini” Jalih Pitoeng mengingatkan.

Jalih Pitoeng juga mengharakan agar para paslon dan elit politik lah yang bisa meredam sekaligus memberi pemahaman guna terciptanya kondusifitas ditengah masyarakat pendukungnya.

“Karena sejatinya peserta pemilu adalah para paslon dan partai-partai. Jadi apabila mereka menerima hasil pemilu, maka rakyat dipastikan bisa menerima pula. Walaupun mungkin masih tetap ada yang menolak dalam hatinya” lanjut Jalih Pitoeng.

“Saya setuju dengan pendapatnya bang Mardani Ali Sera. Dimana beliau mengajak kita semua menerima apapun keputusan rakyat didalam memilih” kata Jalih Pitoeng mengutip pesan ketua DPP Partai PKS sekaligus Anggota DPR RI dari partai PKS.

“Oleh karena itu marilah kita sama-sama menatap masa depan indonesia yang gemilang. Karena membangun bangsa tidak harus dalam kabinet koalisi. Menjadi oposisi dalam melakukan pengawasan jalannya pemerintahan juga sama mulianya” pungkas Jalih Pitoeng.   *(LI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *