BRN | Jakarta – Senin sore nan cerah 16 Januari 2023 di teater arena Wahyu Sihombing Taman Ismail Marzuki Jakarta banyak terpapang foto pameran *”Menolak Lupa Mempertahankan Demokrasi, peristiwa Malari 49tahun silam. Sekaligus memperingati ultah organisasi In-Demo ke 33tahun. Peristiwa Malari sendiri tepatnya tgl 15 Januari.
Acara sungguh meriah dengan potong tumpeng, pembacaan sajak dan puisi dan juga dialog demokrasi. Antusias anggota organ In-Demo dan tamu undangan tinggi, sehingga teater tidak mampu menampung lagi. Sukses Dr.Hariman Siregar sebagai penggagas acara, dari Indonesian Democrecy Monitor, luar biasa.
Ratna Sarumpaet salah satu Nara sumber memberi penjelasan dalam wawancara dengan jurnalis Christy, bahwa “aku surprise loh dengan ramainya peserta.
Mungkin karena terkait dengan kegelisahan masyarakat saat ini situasi kondisi demokrasi melemah.
Para pembicara antusias juga, ada yang pro Pancasila dan UUD’45 juga Amandemen UU.
Menarik sih aku tadi agak keras juga karena pemerintah ini ngotot dan kita ga boleh ngotot juga. Sikapi dengan sabar dan bijaksana. Yuk kembali demokrasi yang mula-mula”
“Kita bangsa yang lahir dari bangsa-bangsa oleh karenanya demokrasi kita membuat sistem MPR~DPR~Presiden, supaya presiden tidak bisa semena-mena.
Tanpa rakyat tidak ada negara loh.
Klo sistem sekarang rusak tidak bisa lagi sidang istimewa dan konggres.
Harapanku semoga bangsa ini kembali memilih pemimpin yang ideal mewakili suara rakyat.”
“Mari kawan-kawan mahasiswa~emak-emak~pemuda NKRI kita bersama suarakan berdemokrasi dengan sistem yang benar.
Sistem pemilu sekarang kan menjadikan pejabat koruptor~matrealistis dan individualistis. Kenapa begitu, ya karena begitu pentingnya uang.
Karena harus cari banyak dukungan, karena harus bayar rakyat.
Padahal masih banyak rakyat miskin yang akhirnya mati kelaparan.
Aku sangat prihatin keadaan seperti ini.”
Demikian menutup wawancaranya.
(Jurnalis Christy)