Jakarta | Berita Rakyat Nusantara – Dibalik kemajuan suatu bangsa, terdapat kepemimpinan yang luar biasa. Menjadi seorang pemimpin harus mampu menghadapi segala tantangan yang ada. Apalagi di era yang serba cepat, semua memerlukan penyesuaian. Dalam hal ini, sosok pemimpin menjadi sangat krusial untuk membawa arah bangsa. Akan tetapi, dewasa ini masih sering ditanyakan terkait bagaimana esensi dan sosok pemimpin yang sesungguhnya.
Untuk itu pada Rabu, 12 Oktober 2022 para tokoh bangsa dan para ahli berkumpul bersama untuk dalam acara berdiskusi bersama dengan topik ;” Spiritual Pemimpin Bangsa Dalam Makna Hakiki” yang bertempat di Jl Percetakan Negara IV/1 (FBN PN IV/1), Jakarta Pusat.
Acara ini dimoderatori oleh Yudha Geminz FA21 dengan para narasumber sebagai berikut Yudi Pratama (Spiritualis dan ahli kimia) , Sylvia Christi (MEIS/Mata Elang Indonesia Satu), Imam Ma’arif (Seniman), Yudhie Haryono (Pakar moneter), Eko Sriyanto Galgendu (Spiritualis & Ketum GMRI), Doni Majapahit (Spiritualis), Zulkifli Ekomei (Cak dokter), Dharmo L. Mertaperwira (Pemerhati Konstitusi), Burhan Rosidi (Ahli Geopolitik), Habib Budi (Ahli Filsafat) dan Bunda Wati Imhar (Ketum Aspirasi).
Eko Sriyanto Galgendu selaku Spiritualis & Ketum GMRI mengatakan ;” Jika kita belum ada kenyakinan tentang spiritual dan spirit kita dari berbagai kondisi di negara kita dari berbagai permasalahan di sangat menarik untuk dibicarakan dari mulai permasalahan ekonomi sampai berbagai masalah di negara kita ini”, ujar Eko saat memberikan paparan dalam diskusinya.
Apa perbedaan pemimpin dan pemimpi, dan itu hanya beda satu hurup yaitu huruf “N”.
Maka banyak sekali orang-orang yang ingin menjadi pemimpin itu, hanya memberikan mimpi dan harapan kepada kita tetapi kenyataannya setelah dia jadi pemimpin, dia tidak bisa melakukan apa yang dulu ditawarkan pada saat kampanye dulu tentang mimpi bersama kita, ungkap Eko.
“Kita juga tahu jika di negara kita banyak pengusah jadi pengusaha dan banyak penjahat menjadi penjabat”, tegas Eko
Tanpa kita sadari bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI), masih memiliki kesamaan sistim tatanegara pada jaman Mataram Islam, yang pastinya berakar dari sistim Tata negara sewaktu Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin bangsanya, maka kekuasaan kepemimpinan beliau mutlak sehingga menjabat : pemimpin negara dan pemimpin pemimpin pemerintahan, panglima tertinggi militer dan pemimpin agama-agama.
Sedemikian juga sewaktu seseorang menjabat menjadi Presiden di Indonesia, maka beliau adalah pemimpin negara dan pemimpin pemerintahan, panglima tertinggi militer serta pemimpin agama-agama ( Karena memiliki kementrian agama). Permasalahan ini kemarin sewaktu Indonesia dipimpin oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid ( Gusdur), maka beliau ingin menghapuskan kementrian agama. Karena MEMILIKI TUJUAN MULIA, supaya pemuka agama agama tidak dipolitisir dan dikendalikan oleh Pemimpin politik ( Presiden dan menteri )
Jadi kita harus membuat konsep yang baru untuk menyelesaikan segala permasalahan negara ini, tanpa kita harus kehilangan dari akar budaya, akar adat, akar sejarah dan akar tradisi, kata Eko
Jika kita bicara latar belakang pemimpin negara kita saat ini adalah mereka yang mempunyai latar belakang pengusaha atau politik
Jika pemimpin tersebut berlatar belakang seorang politikus itu rata-rata sudah mempunyai pendapat yang sama karena dialog atau paparannya yang digunakan selalu sama atau berulang-ulang dan yang pasti mereka akan mendahului kekuasaan dan uang, ungkapnya
Dan jika pemimpin tersebut berlatar belakang seorang pengusaha itu rata-rata Meraka akan berorentasi kepada ekonomi, tetapi ekonomi siapa yang diutamakan dan sudah pasti ekonomi dari kelompok merekalah yang diutamakan maka dari hal tersebutlah terlahir origarki, ungkap Eko
Lalu bagaimana kita bisa membuat suatu perubahan untuk bangsa dan negara kita,disini banyak sekali para aktifis dan para tokoh maka untuk itu kita harus samakan dulu pendapat dan pola pandangan kita bersama seperti yang dilakukan oleh Bung Karno Presiden Pertama RI, ucap Eko.
Seperti contohnya Bung Karno dan Gus Dur memang sudah memiliki latar pemimpin bangsa karena mereka terlebih dahulu memang sudah menjadi tokoh masyarakat lalu berkembang menjadi tokoh bangsa jadi ketika mereka menjadi memimpin negara,mereka sudah tentu memiliki kemampuan wawasan yang luas dan di dalam diri mereka sudah ada jiwa untuk membimbing kita sebagai orang tua dan selalu memikir segala sesuatu yang terbaik untuk bangsanya karena mereka sudah mengalami proses yang panjang.
Konsep dari kebangkitan Spritual Indonesia akan melahirkan pempimpin spritual atau wali songo di zaman sekarang ini karena harus bisa melahirkan spritual kenegaraan
Kenapa harus spritual kenegaraan karena negara merupakan wajah bangsa karena ketika mereka berbicara Pancasila dan UUD 1945, mereka harus mempunyai roh dari kebangkitan bangsa
Dengan Spritual kenegaraan akan melahirkan kebijakan kenegaraan karena itu merupakan bentuk dari Pancasila dan UUD 1945 lalu terakhri akan melahirkan kenegarawan
Dan dari mana kita mencari tokoh spritual kenegaraan tersebut, contoh mereka yang terakhir dari tokoh agama maka beliau akan lebih utama untuk melindungi, menjaga dan memperkuat agama termasuk umat di dalam agamanya.
Jika beliau seorang kyai atau ustad maka beliau sudah mempunyai peran untuk bisa menjaga semuanya dari agama apapun dan segala permasalahan apapun
Kita berharap bisa segera muncul para tokoh dari berbagai macam latar belakang agama dan kita berharap muncul para tokoh masyarakat untuk mengisi dalam bentuk dewan pertimbangan agung lembaga tinggi negara supaya negara kita mempunyai landasan moralĀ dan merasa malu jika tidak menepati janji, tutur Eko
Hal tersebut kita harus lakukan karena semua itu untuk menjadi suatu dasarkan untuk memperkuat siapapun yang nantinya akan menjadi seorang presiden
Sisa lain, bunda Wati selaku ketua Aspirasi mengatakan seorang pemimpin harus bisa membuat persatuan dengan mempersatukan apapun yang ada dibawah kepemimpinan mereka seperti permasalahan etnis, permasalahan ras, permasalahan ekonomi, permasalahan keadilan dan hukum, semua itulah harus disatukan dalam visi dan misi seorang pempimpin, ujar Bunda Wati
Saat ini keadaan di negara kita sedang tidak baik karena banyaknya berbagai permasalahan yang terjadi dan muncul beberapa nama yang di sebut sebagai calon pempimpin di bangsa dan apakah orang yang di sebut akan menjadi calon pempimpin itu bisa menjamin kita akan keluar dari kesulitan yang kita alami?
“Karena saat ini kekurangan kita adalah kesadaran moral dan rasa kebangsaan yang berdasarkan dengan pancasila,” tutur Bunda Wati. (JN).