BRN | Jakarta – Salah satu partai tertua pasca Indonesia merdeka, Masyumi baru saja melangsungkan Milad nya yang ke 77 di bilangan Matraman Jakarta Timur.
Sebagai salah satu partai islam terbesar dimasa pemerintahan Soekarno, kini Masyumi berjuang kembali untuk membangkitkan semangat kesatuan dan persatuan umat islam di Indonesia.
Ketua umum DPP Partai Masyumi Dr. Ahmad Yani, SH., MH optimis bahwa Masyumi akan mampu meraih kejayaan kembali sebagaimana yang pernah dialami pada era kepemimpinan presiden Soekarno.
“Saya selalu berulang-ulang menyatakan dan ingin menegaskan kembali bahwa partai Masyumi adalah partai yang berindentitas. Dan kami akan mencanangkan politik indentitas. Indentitas partai Masyumi adalah partai yang bernafaskan keislaman, kebangsaan dan keIndonesiaan” kata Ahmad Yani saat menyampaikan pidato pada Milad partai Masyumi ke 77 dibilangan Matraman Jakarta Timur, Senin (07/11/2022).
“Karena akhir-akhir ini sebagaimana kita ketahui, baik narasi, diskusi, diksi dan lain sebagainya kalau kita bicara tentang politik Indentitas bahkan tokoh, ulama, tokoh intelektual bahkan tokoh partai islampun seolah-olah dibuat ketakutan. Jika mengindentifikasikan dirinya sebagai partai politik indentitas”
Lebih jauh, Ahmad Yani juga menyampaikan bahwa penyebutan Politik Indentitas kalau mau tahu akar sesungguhnya adalah memang disengaja diframing oleh pihak-pihak tertentu dan kemudian berkembang yang berujung pada islamfhobia.
“Politik Indentitas adalah sebuah anugerah dari Allah SWT yang tak bisa dinafikan. Kalau kita bicara politik indentitas keislaman, kebangsaan dan keIndonesiaan adalah satu tarikan nafas yang tidak bisa dipisahkan” pungkas Ahmad Yani.
Sementara secara terpisah, salah satu aktivis kelahiran betawi yang juga alumni Asyafi’iyah, Jalih Pitoeng menyampaikan dukungannya terhadap sikap politik yang diambil oleh partai Masyumi.
“Apanya yang salah terhadap politik indentitas?” tanya aktivis betawi tersebut saat diminta pendapatnya tentang sikap politik partai Masyumi, Selasa (08/11/2022).
“Bukankah fakta sejarah mencatat bahwa umat islam, khususnya para alim ulama dan tokoh intelektual muslim memiliki andil besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia” sambungnya mengingatkan.
“Sungguh sebuah kemunduran dan kemunafikan jika kita memperdebatkan politik indentitas. Itu sudah selesai sejak Indonesia merdeka. Jadi, jangan pisahkan agama dan politik. Karena agama dan politik sesungguhnya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Apalagi dasar negara kita adalah ketuhanan” pungkas Jalih Pitoeng. *(LI)