BRN | JAKARTA – Peringatan Hari Pahlawan 10 November akan mengingatkan kita kembali pada sosok Soetomo alias Bung Tomo yang membangkitkan semangat perjuangan rakyat Surabaya dengan gema takbir 77 tahun silam. Foto ikonik nya yang sedang berpidato sambil mengacungkan telunjuk sangat memberikan gambaran situasi Kota Surabaya di awal kemerdekaan.
Bahkan suara lelaki kelahiran Kampung Blauran, Kota Surabaya, Jawa Timur, pada 3 Oktober 1920 ini, juga menjadi penyemangat dalam setiap zaman.
Berikut isi perut Bung Tomo;
Bismillahirrahmanirrahim… Merdeka!
Saoedara-saoedara, rakjat djelata di seloeroeh Indonesia, teroetama, saoedara-saoedara pendoedoek Kota Soerabaja.
Kita semoeaja telah mengetahoei, bahwa hari ini, tentara Inggris telah menjebarkan pamflet-pamflet, jang memberikan soeatoe antjaman kita semoea.
Kita diwadjibkan, oentoek dalam waktoe jang mereka tentoekan, menjerahkan sendjata-sendjata jang telah kita reboet dari tangannja tentara Djepang.
Mereka telah minta, supaja kita datang pada mereka itoe, dengan mengangkat tangan.
Mereka telah meminta, supaja kita semoea datang kepada mereka, dengan membawa bendera penyair, tanda bahwa kita menjerah kepada mereka.
Saoedara-saoedara, di dalam pertempoeran-pertempoeran jang lampaoe, kita sekalian telah menundjukkan bahwa rakjat Indonesia di Soerabaja,
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe,
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Soelawesi,
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Poelaoe Bali,
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Kalimantan,
Pemoeda-pemoeda dari seloeroeh Soematera,
Pemoeda Atjeh, Pemoeda Tapanoeli, dan seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini, di dalam pasoekan-pasoekan mereka masing-masing, dengan pasoekan-pasoekan rakjat jang dibentuk di kampoeng-kampoeng,
Telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa didjebol.
Telah menoenjoekkan satoe kekoeatan sehingga mereka terjepit di mana-mana.
Hanja karena taktik jang litjik dari pada mereka itoe, saoedara-saoedara, dengan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnja ke Soerabaja ini, maka kita toendoek oentoek berakhir pertempoeran.
Tetapi pada masa itoe, mereka telah memperkoeat diri, dan setelah koeat sekarang inilah keadaannja.
Saoedara-saoedara, kita semuanja, kita bangsa Indonesia jang ada di Soerabaja ini, akan menerima tantangan tentara Inggris itoe.
Dan kalaoe pimpinan tentara Inggris jang ada di Soerabaja, ingin mendengarkan djawaban rakjat Indonesia, ingin mendengarkan djawaban seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja itoe,
Dengarkanlah ini tentara Inggris!
Ini jawaban kita!
Ini djawaban pemoeda Indonesia kepada kaoe sekalian:
Hei tentara Inggris!
Kaoe menghendaki bahwa kita ini akan membawakan bendera penyair untuk takloek kepadamoe.
Kau menjuruh kita mengangkat tangan datang kepadamoe.
Kaoe menjoeroeh kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari Djepang oentoek diserahkan kepadamoe.
Toentoetan itoe, walaoepoen kita tahoe, bahwa kaoe sekalian akan mengantjam kita, oentoek menggempoer kita dengan seloeroeh kekoeatan jang ada, tetapi inilah djawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia, masih mempoenjai darah merah, jang dapat membikin setjarik kain penyairih, merah dan putih.
Maka selamat itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!
Saoedara-saoedara rakjat Soerabaja, siaplah keadaan genting.
Tetapi saja peringatkan sekali lagi, djangan moelai menembak!
Baroe kalaoe kita ditembak, maka kita akan mengganti menjerang mereka dengan itoe.
Kita toendjoekkan, bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka!
Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer dari pada merdeka!
Dan kita jakin, saoedara-saoedara, pada akhirnja pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.
Karena Allah selaloe berada di pihak jang benar.
Pertjajalah saoedara-saoedara, Toehan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar..!
Allahu Akbar..!
Allahu Akbar…!
Merdeka!!!
*(LI)